Thailand–Kamboja Kembali Memanas, Gencatan Senjata Terancam

THAILAND-KAMBOJA KEMBALI MEMANAS,GENCATAN SENJATA KEMBALI TERANCAM.

BANGKOK – PHNOM PENH, 27 September 2025
Ketegangan di sepanjang perbatasan Thailand dan Kamboja kembali memanas setelah beredar kabar bahwa militer Thailand tengah mempersiapkan langkah ofensif terhadap wilayah Kamboja. Rumor tersebut mencuat di tengah belum tuntasnya konflik perbatasan dan meningkatnya aktivitas militer di sejumlah titik rawan.

Pihak Kamboja menuduh militer Thailand telah melanggar kesepakatan gencatan senjata dengan menempatkan kawat berduri dan pos militer di wilayah An Ses, sebuah area yang masih disengketakan. Pemerintah Kamboja menyebut tindakan itu sebagai provokasi dan potensi pelanggaran wilayah kedaulatan.

Namun, tuduhan tersebut dibantah langsung oleh pihak militer Thailand. Mereka menegaskan bahwa aktivitas yang dilakukan di perbatasan bersifat defensif dan tidak mengindikasikan rencana serangan.

“Kami menegakkan pengamanan di wilayah kami sendiri. Tidak ada rencana serangan militer terhadap negara tetangga,” ujar seorang juru bicara Kementerian Pertahanan Thailand.


Konflik Lama, Luka Lama

Sengketa perbatasan Thailand–Kamboja telah berlangsung selama beberapa dekade, dengan wilayah-wilayah strategis seperti Preah Vihear, Ta Moan, dan An Ses menjadi sumber utama perselisihan. Meskipun kedua negara sempat menandatangani perjanjian gencatan senjata, bentrokan bersenjata pernah terjadi pada awal tahun 2025, menyebabkan korban jiwa di kedua belah pihak dan ribuan warga sipil mengungsi.

Terbaru, pemerintah Thailand tengah mempertimbangkan menggelar referendum nasional untuk membatalkan dua perjanjian penting mengenai penetapan batas wilayah: Perjanjian Demarkasi Darat 2000 dan Perjanjian Kerja Sama Maritim 2001. Langkah ini dinilai berisiko memperburuk ketegangan bilateral.


Diplomasi atau Eskalasi?

Menteri Luar Negeri Thailand yang baru, dalam kunjungannya ke Kuala Lumpur pekan ini, menyerukan agar kedua pihak segera mengurangi kehadiran pasukan bersenjata berat di sepanjang perbatasan. Ia menyatakan bahwa jalur diplomasi harus menjadi prioritas untuk menghindari konflik terbuka.

“Langkah militer bukan solusi. Yang dibutuhkan saat ini adalah dialog yang tulus dan penguatan kepercayaan,” katanya.

Pemerintah Kamboja juga telah mengajukan nota protes resmi kepada Thailand dan meminta ASEAN turun tangan sebagai mediator. Perdana Menteri Hun Manet menegaskan bahwa Kamboja tetap berkomitmen pada perdamaian, namun siap mempertahankan wilayahnya jika diserang.


Kawasan Rawan, Dunia Waspada

Pengamat politik dan keamanan kawasan menilai bahwa rumor ini—meskipun belum terverifikasi secara penuh—tidak bisa diabaikan mengingat sejarah panjang konflik dan meningkatnya retorika nasionalis di kedua negara. Beberapa analis memperingatkan bahwa insiden kecil di lapangan bisa memicu bentrokan bersenjata dalam skala lebih besar.

ASEAN, PBB, dan negara-negara mitra seperti Vietnam dan Tiongkok menyerukan agar kedua pihak menahan diri dan tidak mengambil langkah sepihak yang dapat memicu instabilitas di kawasan Asia Tenggara.


Kesimpulan

Meskipun belum ada konfirmasi resmi terkait rencana serangan Thailand terhadap Kamboja, peningkatan aktivitas militer dan tarik ulur politik di dalam negeri masing-masing negara menunjukkan bahwa situasi di perbatasan masih jauh dari kata aman. Komunitas internasional diharapkan dapat segera mendorong dialog terbuka dan mencegah potensi pecahnya konflik berskala luas di kawasan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *