Pebalap Spanyol, Marc Márquez, resmi menorehkan sejarah baru dengan mengamankan gelar juara dunia MotoGP ke-7 sepanjang kariernya. Torehan ini membuatnya sejajar dengan legenda Italia, Valentino Rossi.
Di Grand Prix Jepang, Márquez finis di posisi kedua tepat di belakang rekan setimnya, Francesco Bagnaia. Hasil tersebut cukup untuk memastikan dirinya meraih titel juara dunia dengan lima seri tersisa, sekaligus menjadi gelar pertamanya sejak 2019.
Begitu melewati garis finis, Márquez tak kuasa menahan tangis. Ia menundukkan kepala sambil menutup wajahnya, sebelum disambut oleh sang adik, Alex Márquez, yang musim ini menjadi pesaing terdekatnya dalam perebutan gelar namun hanya finis keenam di Sirkuit Motegi.
“Rasanya sulit untuk berkata-kata, saya hanya ingin menikmati momen ini. Perjalanan menuju titik ini sangat berat, benar-benar sulit, tapi sekarang saya merasa damai dengan diri sendiri,” ujar Márquez dengan penuh emosi.
Jalan Panjang Kembali ke Puncak
Keberhasilan ini terasa spesial karena lahir setelah periode penuh cobaan sejak 2020. Setelah menguasai MotoGP dengan empat gelar beruntun pada 2016–2019, Márquez mengalami cedera serius dengan patah lengan pada 2020 yang membuatnya harus menjalani empat kali operasi dalam dua tahun.
Masa-masa itu dipenuhi cedera berat dan insiden kecelakaan yang membuat kariernya nyaris terhenti. Pada 2023, ia akhirnya memutuskan hengkang dari Honda setelah 11 tahun, lalu bergabung dengan Ducati untuk membuka lembaran baru.
“Saya pernah melakukan kesalahan besar dalam karier, yaitu memaksakan diri kembali balapan terlalu cepat setelah operasi. Tapi saya terus berjuang, terus bertarung, dan akhirnya bisa juara lagi. Itu membuat saya merasa damai,” jelas Márquez.
Dominasi Musim 2025
Musim ini Márquez tampil luar biasa dengan mengoleksi 11 kemenangan. Dengan hasil di Jepang, ia memperlebar jarak di klasemen menjadi 201 poin dari Alex Márquez yang ada di posisi kedua, sekaligus menutup rapat peluang para rival.
Gelar ke-7 ini tak hanya mengukuhkan Márquez sebagai salah satu pebalap terbesar di MotoGP, tetapi juga menandai kebangkitannya setelah melewati masa-masa sulit penuh cedera dan keraguan.