Solar Subsidi Sulut Langka, Sopir Dump Truck Turun ke Jalan dan Demo DPRD

Sopir dump truck menggelar aksi demo di depan gedung DPRD Sulawesi Utara menuntut keadilan distribusi solar subsidi

Manado, Senin, 29 September 2025 Sorak keras dan dentuman klakson dump truck memecah suasana tenang di depan gedung DPRD Sulawesi Utara pagi tadi. Ratusan sopir angkutan berat turun ke jalan, membawa satu tuntutan utama: hak yang adil atas solar subsidi.

Dengan mengenakan rompi kerja dan wajah penuh debu jalanan, para sopir memadati halaman kantor wakil rakyat. Mereka datang bukan hanya membawa kendaraan, tapi juga amarah dan kelelahan yang sudah lama dipendam.

“Setiap hari kami antre 4-5 jam untuk solar, tapi ada truk-truk yang langsung masuk jalur cepat. Ini solar rakyat, bukan untuk elit!” teriak salah satu sopir dalam orasinya.

Muatan Elit, Solar Sulit: Teriakan yang Menggema

Spanduk dan poster bertuliskan “Muatan Elit, Solar Sulit” menjadi simbol protes mereka. Ungkapan itu merujuk pada dugaan praktik tidak adil di lapangan, di mana solar subsidi diduga diprioritaskan untuk pihak-pihak tertentu yang memiliki “akses khusus”, sementara sopir angkutan rakyat harus mengantre dan bahkan pulang dengan tangki kosong.

Banyak dari mereka mengaku kehilangan penghasilan karena waktu habis hanya untuk berburu solar. Beberapa bahkan harus membeli dari pengecer dengan harga jauh di atas standar.

Demo Berujung Ricuh

Aksi sempat memanas. Ketika perwakilan sopir meminta masuk untuk berdialog, aparat keamanan mencegahnya karena belum ada izin resmi. Ketegangan meningkat, beberapa botol air dilempar ke arah pagar gedung. Polisi tetap siaga, mencegah bentrokan lebih lanjut.

“Kami bukan mau rusuh. Kami cuma minta didengar. Kami rakyat juga!” ucap seorang sopir yang mencoba menenangkan rekannya.

DPRD Berjanji Akan Panggil Pertamina

Setelah hampir dua jam aksi berlangsung, perwakilan DPRD Sulut akhirnya menemui massa. Dalam pertemuan singkat, mereka berjanji akan segera memanggil Pertamina dan Dinas ESDM untuk membahas distribusi solar dan dugaan penyalahgunaan wewenang.

“Kami akan agendakan rapat dengar pendapat secepatnya. Aspirasi bapak-bapak kami tampung dan akan kami sampaikan,” ujar salah satu anggota dewan dari komisi energi.

Sopir: “Kami Cuma Ingin Bekerja, Bukan Minta Bantuan”

Bagi para sopir dump truck, tuntutan ini bukan soal politik atau pencitraan. Mereka hanya ingin bisa bekerja tanpa harus berperang untuk solar setiap hari.

“Kita cuma minta solar yang memang hak kita. Biar bisa kerja, biar bisa kasih makan anak-istri,” kata Pak Joko, salah satu sopir dari Bitung.


Kesimpulan:

Demo ini menunjukkan bahwa masalah distribusi BBM subsidi bukan sekadar soal logistik, tapi soal keadilan dan martabat masyarakat kecil. Pemerintah daerah dan pusat didesak bertindak cepat agar jalanan tak kembali jadi panggung kemarahan rakyat yang merasa dilupakan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *