Sidoarjo, Jawa Timur – 30 September 2025
Sebuah tragedi memilukan terjadi di Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, pada Senin (29/9) sore. Sebuah bangunan musala tiga lantai yang sedang direnovasi secara tiba-tiba roboh saat digunakan oleh ratusan santri untuk salat Ashar berjemaah. Dalam insiden ini, satu santri dilaporkan meninggal dunia, puluhan lainnya luka-luka, dan sebanyak 38 orang masih dinyatakan hilang dan diduga tertimbun di bawah reruntuhan.
Peristiwa ini menjadi sorotan nasional dan internasional, menggugah rasa kemanusiaan serta menimbulkan pertanyaan serius mengenai standar keamanan bangunan di lingkungan pendidikan, khususnya di pesantren yang jumlahnya terus bertambah di Indonesia.
⏱️ Detik-Detik Runtuhnya Bangunan
Musibah terjadi sekitar pukul 15.30 WIB, ketika para santri tengah melaksanakan salat Ashar di musala yang berada di bagian belakang kompleks pondok. Bangunan tersebut diketahui sedang dalam proses renovasi—sebagian struktur lantainya diperkuat, namun beberapa bagian masih tampak belum selesai.
Saksi mata di lokasi menyebutkan bahwa suara retakan terdengar beberapa saat sebelum bangunan ambruk. Dalam hitungan detik, lantai atas runtuh ke bawah, menimpa para santri yang sedang beribadah.
“Awalnya seperti suara gemeretak. Lalu tiba-tiba semuanya gelap dan debu tebal menyelimuti ruangan. Saya hanya bisa teriak dan merangkak keluar,” ujar salah satu santri yang berhasil selamat, dengan luka di bagian tangan dan wajah.
🚨 Evakuasi Besar-Besaran: Waktu Sangat Kritis
Tak lama setelah kejadian, warga sekitar, santri senior, dan para pengasuh pesantren langsung berupaya menyelamatkan korban dengan alat seadanya. Namun karena struktur bangunan yang berat dan kompleks, upaya evakuasi awal berjalan lambat.
Hingga malam hari, ratusan petugas gabungan dari Basarnas, BPBD, TNI, Polri, dan relawan kemanusiaan diterjunkan ke lokasi. Proses evakuasi dilakukan secara manual dan menggunakan alat berat, sambil tetap berhati-hati agar tidak memperparah kerusakan atau membahayakan korban yang masih tertimbun.
“Kami mendengar suara-suara minta tolong dari dalam puing-puing. Itu berarti masih ada yang hidup. Kami sedang berlomba dengan waktu,” kata Komandan Tim SAR, Letkol (Mar) Hari Santosa, kepada wartawan.
Tim penyelamat juga memasukkan oksigen dan air melalui selang ke celah reruntuhan agar korban yang masih hidup dapat bertahan lebih lama. Anjing pelacak dan detektor panas tubuh juga digunakan untuk melacak keberadaan para korban.
🧍♂️ Jumlah Korban & Kondisi Terbaru
- 1 santri dipastikan meninggal dunia, seorang remaja laki-laki berusia 15 tahun.
- Lebih dari 90 orang luka-luka, 12 di antaranya mengalami cedera berat dan sedang dirawat intensif di RSUD Sidoarjo dan RS Bhayangkara.
- 38 orang masih hilang, diduga tertimbun reruntuhan bangunan. Proses pencarian terus dilakukan.
- Sebagian korban yang selamat mengalami trauma psikologis dan mulai mendapatkan pendampingan dari tim psikolog Dinas Sosial.
🏗️ Dugaan Kuat: Kelalaian Bangunan Tidak Sesuai Standar
Menurut laporan awal dari Dinas Pekerjaan Umum dan Kepolisian, bangunan musala tersebut tidak memiliki izin bangunan (IMB) dan sedang dalam proses renovasi yang belum selesai. Struktur lantai atas diduga tidak cukup kuat menahan beban tambahan, terlebih saat digunakan secara bersamaan oleh puluhan orang.
“Kami menemukan indikasi pelanggaran dalam konstruksi bangunan ini. Tidak ada pengawasan teknis dari dinas terkait,” kata Kapolres Sidoarjo, AKBP Aditya Putra.
Beberapa pengelola yayasan pondok pesantren telah dimintai keterangan, dan polisi menyatakan akan membuka penyelidikan pidana jika ditemukan unsur kelalaian atau pelanggaran hukum dalam pembangunan fasilitas tersebut.
🏛️ Tanggapan Pemerintah & Warga
Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Dardak, mengunjungi lokasi kejadian dan menyampaikan duka mendalam kepada para keluarga korban. Ia berjanji bahwa pemerintah provinsi akan:
- Menanggung seluruh biaya perawatan dan pengobatan korban
- Memberikan bantuan untuk keluarga korban meninggal dan hilang
- Mengevaluasi seluruh bangunan pendidikan pondok pesantren di wilayah Jawa Timur
- Mendorong standar keamanan dan sertifikasi konstruksi untuk pesantren yang tengah berkembang pesat
“Pesantren adalah pilar pendidikan kita, tapi keamanan santri tidak bisa diabaikan. Ini harus jadi pelajaran,” ujar Emil Dardak.
Sementara itu, suasana di sekitar pesantren masih dipenuhi keluarga korban yang menunggu dengan penuh harap. Sejumlah warga dan tokoh agama turut menggelar doa bersama untuk keselamatan para santri yang belum ditemukan.
📌 Penutup: Duka yang Menjadi Peringatan
Tragedi di Pondok Pesantren Al Khoziny menjadi pengingat keras akan pentingnya keselamatan bangunan pendidikan. Di tengah semangat mencetak generasi religius, keamanan dan perlindungan terhadap para santri tak boleh dikompromikan.
Masyarakat berharap proses evakuasi segera menemukan para korban yang masih tertimbun dan aparat penegak hukum dapat memberikan keadilan apabila terdapat unsur kelalaian yang menyebabkan bencana ini.
Seluruh mata tertuju ke Sidoarjo, menunggu keajaiban dan mengirim doa agar para korban yang masih hilang bisa segera ditemukan dalam keadaan selamat.