Medan Memanas, Ormas Pemuda Pancasila Kembali Bentrok

Anggota ormas Pemuda Pancasila terlibat bentrokan di Jalan Garuda, Medan, sambil melempar batu dan petasan ke arah kelompok lain. Beberapa warga terlihat menjauh untuk menghindari konflik

Medan — Sebuah siang yang awalnya biasa berubah jadi medan tempur dadakan. Asap, teriakan, petasan, dan batu beterbangan di Jalan Garuda, Medan Denai. Warga berlarian, lapak pedagang gulung tikar seketika, dan anak-anak yang sedang main layangan ditarik masuk rumah oleh orang tua mereka. Apa yang terjadi?

Ternyata, semuanya bermula dari sesuatu yang terlihat sepele: geber-geber motor ormas.

Suara Bising yang Memantik Bara

Baru saja rombongan Pemuda Pancasila (PP) selesai pelantikan anggota baru. Konvoi pulang mereka, seperti biasa, tak pernah sunyi. Knalpot meraung-raung, atribut ormas berkibar, dan sorak-sorai mengiringi. Tapi sore itu, warga sekitar tampaknya sudah cukup sabar menahan suara.

Seseorang — tak jelas siapa — melemparkan batu. Lalu satu batu dibalas tiga. Dalam hitungan menit, dua kelompok massa berhadapan. Bentrok tak terhindarkan. Petasan dilempar ke tengah jalan. Warga terjebak di antara dendam yang tidak pernah benar-benar selesai.

Mereka pikir ini jalan milik pribadi mereka,” ujar seorang warga yang enggan disebutkan namanya. “Kami cuma ingin hidup tenang.

Siapa Lawannya? Tak Ada yang Tahu Pasti

Menurut pernyataan polisi, bentrokan diduga melibatkan PP dan IPK (Ikatan Pemuda Karya) — dua ormas yang sejarah rivalitasnya sudah bukan rahasia lagi di Medan. Namun, Kapolsek Medan Area, Kompol Dwi Himawan, belum bisa memastikan siapa sebenarnya pihak lawan. Yang pasti, suasana panas itu bukan datang dari satu sisi saja.

“Belum ada yang ditangkap, situasi sudah kita kondusifkan,” ujarnya singkat.

Namun, “kondusif” di sini tak berarti damai. Di balik kaca rumah yang retak dan toko-toko yang tutup lebih awal, warga menyimpan trauma kolektif yang sulit hilang.

Luka yang Tak Diliput

Dua orang warga dilaporkan luka ringan — bukan anggota ormas. Salah satunya seorang pedagang keliling yang tertimpa lemparan batu saat lewat tak sengaja. Lalu siapa yang bertanggung jawab?

Hingga berita ini ditulis, belum ada klarifikasi dari pihak ormas manapun. Tak ada permintaan maaf. Tak ada dialog. Yang ada hanya jejak kemarahan yang berserakan di jalan.

Kapan Kota Ini Bisa Tenang?

Kita sudah terlalu sering dengar narasi yang sama: “Akan diselidiki,” “Situasi sudah terkendali,” atau “Kami imbau semua pihak menahan diri.” Tapi hari demi hari, bentrokan seperti ini tetap saja terjadi.

Warga Medan tak butuh janji kosong atau patroli satu malam. Mereka butuh jaminan bahwa rumah mereka bukan ladang perang ormas. Mereka butuh perlindungan, bukan pertunjukan kekuasaan dari pihak yang seharusnya menjaga ketertiban.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *