Kapal-kapal dalam Freedom Flotilla Coalition (FFC) berupaya menembus blokade laut yang diberlakukan Israel terhadap Jalur Gaza. Misi ini bertujuan membawa bantuan kemanusiaan—termasuk obat-obatan, peralatan medis, dan kebutuhan nutrisi—ke Gaza yang sangat membutuhkan dukungan, sekaligus menarik perhatian publik internasional terhadap kondisi kemanusiaan di sana.
Blokade laut terhadap Gaza telah lama menjadi titik kontroversi dalam konflik Israel–Palestina. Israel menegaskan bahwa blokade tersebut penting demi alasan keamanan, untuk mencegah penyelundupan senjata kepada Hamas dan kelompok bersenjata lainnya. Namun, banyak organisasi kemanusiaan dan pemerintah negara lain mengecam bahwa blokade tersebut menyebabkan penderitaan warga sipil Gaza, terutama dalam kondisi perang saat ini.
Sebelumnya, insiden dramatis pernah terjadi pada tahun 2010 ketika Israel melakukan serangan terhadap flotilla Gaza di laut internasional. Dalam insiden itu, sembilan aktivis tewas saat kapal “Mavi Marmara” diserbu pasukan Israel.
Kronologi Serangan Terbaru
Berdasarkan laporan dari berbagai media dan organisasi, berikut garis besar kejadian terbaru:
- Insiden Intersepsi & Serangan
Pada 8 Oktober 2025, kapal-kapal flotilla dilaporkan diserang dan dicegat oleh militer Israel di perairan internasional, sekitar 120–220 km dari pantai Gaza. Organisasi FFC mengonfirmasi bahwa kapal-kapal seperti Gaza Sunbird, Alaa Al-Najjar, dan Anas Al-Sharif telah diserang dan dicegat secara ilegal oleh angkatan laut Israel. - Penahanan Aktivis dan Bantuan
Para aktivis, termasuk dokter, jurnalis, dan sukarelawan, dilaporkan ditahan setelah kapal-kapal dicegat. Banyak dari mereka belum diketahui lokasinya secara jelas. Kapal Conscience, yang membawa 93 orang dari berbagai latar profesi, juga dilaporkan diserang sebelum dicegat. - Respon Israel
Kementerian Luar Negeri Israel membenarkan bahwa kapal-kapal flotilla “dicegat” dan menyatakan bahwa semua penumpang dipindahkan ke pelabuhan Israel dan akan segera dideportasi. Israel menyebut tindakan flotilla sebagai upaya sia-sia untuk menerobos blokade legalnya. Israel menegaskan bahwa mereka memastikan keselamatan penumpang dan bahwa tidak ada kekerasan fatal dilaporkan dalam operasi itu.
Isu Hukum dan Kemanusiaan
- Kedaulatan di Perairan Internasional
FFC dan berbagai pihak menyatakan bahwa Israel tidak memiliki jurisdiksi hukum untuk menyerang kapal sipil berada di perairan internasional. Mereka menyebut penangkapan tersebut sebagai pelanggaran hukum internasional. - Kewajiban Bantuan Kemanusiaan
PBB dan lembaga internasional lainnya telah menekankan bahwa dalam konflik bersenjata, negara pihak konflik wajib memastikan akses bantuan kemanusiaan ke wilayah sipil. Penolakan akses atau penjagaan ketat sering dikritik sebagai penghukuman kolektif. - Risiko Kesalahan dan Kekerasan Terhadap Sipil
Kapal-kapal flotilla umumnya dioperasikan secara sipil, tanpa persenjataan. Serangan terhadap mereka menimbulkan kekhawatiran tentang keselamatan nyawa, penyalahgunaan kekuatan militer terhadap warga sipil, dan kemungkinan penyalahgunaan prosedur penahanan.
Implikasi & Reaksi Internasional
Sarana Pengungkapan Krisis Gaza
Misi-misi seperti flotilla meskipun sering dicegat, tetap menjadi cara bagi aktivis dan media menyuarakan penderitaan warga Gaza. Serangan atau penangkapan mereka menjadi berita internasional yang dapat memicu perhatian publik dan solidaritas global.
Kecaman dari Negara dan Lembaga Internasional
Serangan terhadap kapal bantuan kian menimbulkan gelombang kecaman dari berbagai negara, organisasi HAM, dan media internasional. Beberapa negara menuntut Israel membebaskan aktivis yang ditahan dan menghormati prinsip bantuan kemanusiaan.
Isu Diplomasi dan Tekanan Publik
Insiden ini bisa memperburuk citra diplomatik Israel, terutama jika bukti penyalahgunaan atau perlakuan buruk terhadap aktivis muncul. Tekanan publik dari demonstrasi dan media bisa memaksa intervensi diplomatik.