Jujur saja — kekalahan Indonesia dari Arab Saudi kemarin bukan sekadar soal skor. Ini tentang hilangnya karakter yang dulu jadi kebanggaan Garuda di era Shin Tae-yong (STY).
Di tangan STY, Timnas memang belum sempurna, tapi kita tahu satu hal: tim ini punya nyali, punya identitas, dan punya semangat juang yang membara.
Setiap pemain berlari untuk lambang di dada, bukan sekadar mengikuti skema di papan taktik.
Sekarang? Di era Patrick Kluivert, Indonesia memang mencoba tampil lebih “indah” — tapi keindahan tanpa hasil hanyalah ilusi.
Gaya menyerang dan penguasaan bola bagus di atas kertas, tapi di lapangan justru membuat tim kehilangan keseimbangan.
Lini belakang rapuh, transisi lambat, dan finishing tumpul.
Kluivert boleh punya nama besar di Eropa, tapi sepak bola Indonesia bukan sekadar soal teori dan gaya main modern. Ini tentang kedisiplinan, karakter, dan kerja keras, hal yang dulu STY tanamkan sejak hari pertama.
Bukan bermaksud menjatuhkan, tapi evaluasi harus dilakukan.
Karena Timnas ini bukan tempat untuk eksperimen panjang — ini tentang harga diri bangsa.
Dan banyak pengamat sepak bola yang mengatakan bahwa ini kesalahan pemain. apakah sebagai pelatih jika pemainnya salah atau kurang tampil tidak diganti ? atau tetap dipertahankan agar timnas kalah ?apakah kalian para pengamat sepak bola sebagai orang tua, jika anak kalian tidak bagus bermain tetap di pertahankan, atau diganti ? menurut pemikiran orang umum pasti di ganti, jika tidak di ganti mungkin orang tua tol** . apakah betul bahwa ada pemain titipan ? ….