Pihak berwenang Korea Selatan (Korsel) berencana membangun bunker nuklir sipil pertama di negara itu di bawah pusat kebugaran umum. Kabar itu diungkap The Korea Herald pada hari Senin (13/10/2025).Fasilitas tersebut kabarnya akan berlokasi di bawah satu kompleks apartemen besar di ibu kota Seoul. Para pejabat kota mengklaim meningkatnya ancaman agresi militer Korea Utara (Korut) telah mendorong proyek tersebut, menurut outlet berita tersebut. Konflik Ukraina yang sedang berlangsung juga dilaporkan sebagai faktor yang berkontribusi terhadap kekhawatiran tentang skenario di masa mendatang. Tempat perlindungan bom, yang diperkirakan akan seluas lebih dari 2.100 meter persegi dan menampung hingga 1.020 orang, akan dibangun di lantai dasar ketiga kompleks perumahan baru yang dijadwalkan selesai pada tahun 2028, yang kabarnya akan mencakup 16 gedung tinggi dan lebih dari 1.200 unit hunian. Lokasi tersebut akan dibangun di bekas lokasi Pusat Penahanan Seongdong di Garak-dong, lapor outlet berita tersebut.
Bunker tersebut kabarnya akan dilengkapi ventilasi udara, penyimpanan air bersih, dan sistem pembuangan limbah yang dirancang untuk mendukung kehidupan selama dua pekan jika terjadi serangan nuklir, kimia, atau biologi. Ketika tidak diperlukan untuk keadaan darurat, bungker ini akan berfungsi sebagai pusat kebugaran umum. “Karena ancaman modern berbeda dari masa lalu, kami meluncurkan proyek ini untuk memperluas peran tempat perlindungan pertahanan sipil,” ujar seorang pejabat kota yang tidak disebutkan namanya kepada The Korea Herald. Dia menjelaskan, “Kami berharap ini akan menandai langkah baru menuju perlindungan warga yang lebih baik dan peningkatan sistem keamanan Seoul.” Pengumuman ini muncul di tengah ketegangan antara kedua Korea yang tetap tinggi menyusul penurunan tajam hubungan di bawah pemerintahan sebelumnya di Seoul. Meskipun ada tanda-tanda mencairnya hubungan baru-baru ini, termasuk pembungkaman pengeras suara perbatasan, Korea Selatan terus mempertahankan sikap defensif yang kuat terhadap Korea Utara.
Tahun lalu, Korea Selatan menanggapi peluncuran balon berisi sampah oleh Korea Utara dengan meningkatkan kesiapan militernya. Tindakan ini dilakukan di tengah meningkatnya rasa frustrasi di Pyongyang atas selebaran anti-rezim yang dikirim oleh para pembelot. Pada saat yang sama, Seoul mengintensifkan latihan militer gabungan dengan AS, yang dikecam Korea Utara sebagai latihan untuk invasi. Sebagai tanggapan, Pyongyang melakukan beberapa uji coba rudal.