10 Transfer Terburuk Premier League Musim Panas 2025: Harga Selangit, Performa Mengecewakan

Musim panas 2025 menjadi salah satu periode transfer paling sibuk dalam sejarah Premier League. Klub-klub besar menggelontorkan uang ratusan juta pound untuk memperkuat skuad mereka

Musim panas 2025 menjadi salah satu periode transfer paling sibuk dalam sejarah Premier League. Klub-klub besar menggelontorkan uang ratusan juta pound untuk memperkuat skuad mereka. Namun, seperti biasa, tidak semua pembelian berakhir manis. Sejumlah pemain justru tampil mengecewakan, gagal memenuhi ekspektasi, dan menjadi sorotan tajam publik.

Berikut 10 transfer terburuk Premier League musim panas 2025/2026 sejauh ini.

1. Alexander Isak – Liverpool (£125 juta dari Newcastle United)

Liverpool membuat kejutan dengan memecahkan rekor transfer klub demi mendatangkan Isak. Sayangnya, striker asal Swedia itu belum menunjukkan tajinya di Anfield. Minim gol, sering kehilangan posisi, dan tampak kesulitan beradaptasi dengan sistem Amorim membuat publik mulai menyebutnya sebagai “pembelian gagal termahal” musim ini.


2. Florian Wirtz – Liverpool (£116 juta dari Bayer Leverkusen)

Bersama Isak, Wirtz didatangkan untuk membangun generasi baru The Reds. Namun performanya masih jauh dari kata mengesankan. Belum ada kontribusi nyata berupa gol atau assist, dan kerap kesulitan menemukan ritme permainan di Premier League yang cepat dan keras. Tekanan harga mahal juga tampaknya membebani pemain muda Jerman itu.

3. Mads Hermansen – West Ham United (£25 juta dari Leicester City)

Datang untuk memperkuat lini belakang West Ham, Hermansen justru menjadi titik lemah. Statistik penyelamatan rendah dan beberapa blunder fatal membuat posisinya kini terancam. Banyak yang menilai transfer ini sebagai kesalahan perhitungan besar dari manajemen The Hammers.

4. Jamie Gittens – Chelsea (£40 juta dari Borussia Dortmund)

Chelsea lagi-lagi berjudi dengan pemain muda. Namun kali ini langkah mereka belum membuahkan hasil. Gittens kesulitan bersaing di skuad yang padat, belum mencetak gol atau assist, dan terlihat kehilangan kepercayaan diri. Kasus klasik “bakat muda yang dibeli terlalu cepat”.

5. Eddie Nketiah – Crystal Palace (£30 juta dari Arsenal)

Palace berharap Nketiah bisa menjadi ujung tombak baru mereka. Namun kenyataannya, ia justru tersingkir oleh pemain lain dan gagal memberikan dampak signifikan di lini depan. Dengan kontribusi gol yang minim, pembelian ini dianggap tidak sepadan dengan biaya yang dikeluarkan.

6. Kiernan Dewsbury-Hall – Chelsea (£35 juta dari Leicester City)

Setelah tampil gemilang di Leicester, Dewsbury-Hall gagal meneruskan performanya di Stamford Bridge. Ia lebih sering duduk di bangku cadangan dan terlihat belum nyetel dengan gaya bermain Chelsea. Banyak yang menilai pembelian ini hanya menambah panjang daftar transfer “setengah matang” klub London tersebut.

7. Anthony Elanga – Newcastle United (£55 juta dari Nottingham Forest)

Newcastle mendatangkan Elanga dengan harapan menambah kecepatan di sektor sayap. Namun performanya sejauh ini tidak sesuai ekspektasi. Minim kontribusi dan terlihat ragu-ragu setiap kali menguasai bola. Label harga tinggi membuat kritik semakin keras.

8. Yoane Wissa – Newcastle United (£55 juta dari Brentford)

Selain Elanga, Wissa juga belum memberikan pengaruh berarti di Newcastle. Kombinasi keduanya di lini depan justru menurunkan efektivitas serangan The Magpies. Banyak pengamat menyebut langkah ini sebagai “transfer panik” setelah klub gagal mendapatkan target utama.

9. Oleksandr Zinchenko – Nottingham Forest (pinjaman dari Arsenal)

Zinchenko datang dengan pengalaman besar, tapi performanya sejauh ini tak mencerminkan itu. Ia tampak kebingungan dengan sistem tim dan kerap meninggalkan ruang kosong di sisi kiri pertahanan. Banyak pihak menilai peminjamannya lebih didorong oleh kebutuhan darurat ketimbang strategi matang.


10. Miloš Kerkez – Liverpool (£40 juta dari Bournemouth)

Kerkez digadang-gadang sebagai bek kiri masa depan, namun adaptasinya berjalan lambat. Sering kehilangan posisi dan belum stabil dalam bertahan, membuatnya jadi sasaran kritik fans. Meski masih muda, penampilannya belum sesuai ekspektasi besar publik Anfield.


Transfer mahal tidak selalu berarti sukses. Musim panas 2025 menjadi bukti bahwa strategi rekrutmen tanpa perencanaan matang bisa berujung bencana. Dari Liverpool hingga Chelsea, beberapa klub kini harus menanggung beban ekspektasi yang gagal terwujud.

Masih ada waktu bagi para pemain ini untuk bangkit, tetapi jika performa tak juga membaik, nama mereka akan terus melekat sebagai “transfer gagal Premier League 2025.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *